Tuesday, August 14, 2007

Kisah Wali Bapak

Karena Ayahku sudah tidak ada maka tentu saja aku harus nyari orang yang nantinya bisa jadi wali buat menggantikan Bapak di pernikahanku. Sebaiknya sih saudara, tapi entah karena sedang blank atau ada apa aku justru mengabaikan opsi ini. Aku berpikir saudaraku sedang pergi berlayar jadi sulit diharapkan untuk menjadi wali Bapak.

Akhirnya setelah konsultasi dengan ibu, kami memutuskan untuk meminta kesediaan suami salah satu majelis di Gerejaku dan juga teman baik ibuku untuk menjadi bapak. Gayungpun bersambut, yang laki-laki setuju demikian juga yang wanita. Perlu di ketahui persetujuan ini diambil sekitar empat bulanan sebelum hari H.

Sebulan sebelum pernikahan kami (aku dan ibu) berkunjung ke rumah mereka untuk membicarakan secara detail bagaimana pelaksanaan pernikahan nanti. Pakai baju apaterus ke sananya gimana dan lain-lain.

Selain itu, kami juga membicarakan masalah biston pernikahan di rumahku. Mereka berkenan untuk membantu jalannya acara. Bahkan yang pria mengatakan kalau diperlukan saya mau kerja bakti nyiapin tempat sebelum acara di rumahku. Perlu diketahui biston ini diadakan sebagai ganti Ngunduh Manten

Pembicaraan ini kami lakukan hari Sabtu awal Agustus. Namun, Seninnya atau 3 hari kemudian, 4 minggu menjelang hari H semuanya berubah. Mereka membatalkan kesanggupannya menjadi Wali Bapak. Yang berbicara saat itu ialah istrinya dengan ibuku, sedangkan suaminya tidak nampak. Karuan aja ibu langsung lemas dan tidak tahu harus berbuat apa. Bayangin aja, harapan sudah mengantung setinggi langit eh tiba-tiba dijatuhin begitu aja. Memang sih dia tidak bilang membatalkan secara langsung tapi dari gelagat pembicaraan sudah jelas kalau dia tidak suka suaminya jadi Wali Bapakku.

Dia: Terus nanti yang jadi Wali Bapak siapa?
Ibu: Lho dulu, kan kami sudah meminta kesedian Anda dan suami dan Anda berdua setuju akan jadi wali Bapak untuk anak saya
Dia: Wah tidak bisa kayak gitu, yang jadi Wali Bapak seharusnya saudara sendiri bukan orang lain
Ibu: Saya ini tidak punya banyak saudara makanya saya dulu meminta kesediaan Anda.
Dia: Ya udah, tetangga aja, masak gak punya tetangga?!
Ibu: Saya inginnya yang jadi Bapak satu iman..
Dia: Gak perlu satu iman beda juga gak papa!
Ibu: Oh begitu ya... tapi saya tetap pengin yang seima
Dia: Ya udah orang lain kan masih ada!

Untunglah dalam kekalutan tersebut ibu tidak menangis. Dan dalam kekalutan tersebut ibu bertemu teman lamanya. Langsung aja tanpa babibu suaminya diminta kesediaan jadi wali Bapak buat aku. Dan ternyata dia mau dan berjanji tidak akan ingkar.

Wah... ibuku senang sekali dengan hal ini. Tuhan tidak akan membiarkan umatNya jatuh tergeletak. Akupun ikut senang dengan hal ini.

No comments: