Saturday, November 10, 2007

Istriku Hamil

"Mas, aku mau tes urine, " ujar istriku sambil membangunkanku. Aku yang sudah sebenarnya udah sadar dari tidur tapi masih males bangun langsung membuka mata, sekali lagi istriku mengulangi perkataannya dengan penambahan, "aku sudah pipis, kalau kamu mau tolong masukin tes ini ke air urin.

Tanpa menunggu lebih lama aku langsung bangun dan menuju kamar mandi, sebelumnya mengambil alat untuk tes kehamilan. Sekilas kubaca, kalau menunjukkan tanda strip merah dua berarti positif hamil, informasi yang sudah kuketahui sejak semula. Sebelum mencelupkan alat tersebut aku bertanya kepada istriku, "Udah siap dengan hasilnya?"
"Siap gak siap harus siap, bukankah sebenarnya kita sudah tahu."

Aku tersenyum mendengarnya, dan tanpa menunggu terlalu lama segera aku celupkan alat tersebut ke ke air urin istriku. Hanya sebentar alat tersebut langsung memunculkan tanda dua strip merah dua. Positif, istrimu terbukti hamil.

"Wah, istriku hamil," ujarku sambil membuka tangan mau memeluknya.

Bahwa istriku hamil sebenarnya sudah kami duga sejak dia telat menstruasi,tanda-tandanya sudah mengarah ke orang hamil, morning sick, mual, dan gampang muntah. Alat ini cuma ingin memastikan kami apakah istriku benar-benar hamil atau tidak.

Sebenarnya sebelum di tes aku masih berharap istriku tidak hamil. Awal pernikahan aku mengharapkan agar istriku hamil tahun depan saja dengan pemikiran tahun tersebut keluargaku sudah benar-benar siap baik secara materi maupun psikologi. Saking berharapnya aku takut kalau nanti istriku kebobolan ntar anak yang ia kandung menjadi anak yang kurang aku sukai.

Namun entah kenapa, sewaktu istriku menunjukkan gejala kehamilan, perasaan takut dan tidak siap tersebut ternyata tidak ada. Yang ada justru pengen segera memiliki anak. Aku yakin bila bahwa anak adalah anugerah Ilahi bila kita mendapatkannya dengan benar. Ketika menganugerahkan sesuatu, Tuhan tidak hanya memberi begitu saja, tetapi juga ikut memperlengkapi kita untuk menjaga anugerah tersebut. Sekalipun sampai saat ini aku belum memiliki banyak uang namun aku percaya segala kebutuhan yang kami perlukan untuk memelihara anugerah ini telah Tuhan siapkan.

Keyakinan itulah yang kemudian aku bagikan kepada istriku yang kadang kulihat juga belum siap menerima bila ia benar-benar hamil

Puji Tuhan, setelah tes kemahilan tersebut kami berdua bisa lebih siap secara mental menerima jabang bayi ini. Soal ekonomi kami percaya Tuhan pasti akan menyediakannya.

No comments: