Tuesday, August 28, 2007

Bidston, buah Simalakama

Keluargaku tidak mengadakan ngunduh untuk pernikahanku besuk yang diadakan hanya bidston alias persekutuan doa ucapan syukur biasa. Yang jadi masalah sekarang bagaimana dengan tetangga kanan-kiri yang kebetulan lebih banyak muslim daripada Kristennya? Awalnya sih mo ngundang tetangga sekitar aja tetapi setelah dipikir-pikir ini kan acara keagamaan masak ngundang orang non seagama. Wah bisa-bisa digruduk FPI tuh...

Bingung juga nih, kalau mengundang tidak enak karena ini acara agama, kalau tidak mengundang juga tidak enak sebab kami mengadakan acara syukuran nikah. Sebagai jalan tengah Ibuku mengusulkan untuk memberikan makanan kepada tetangga sekitar setelah acara bidston selesai.

Ya itulah alternatif terbaik.

Namun tiba-tiba, kemaren Minggu (26 Agustus 2007) Pak RT dan Pak Heri datang ke rumahku menyampaikan keberatan kalau tidak ada acara untuk warga. Aku sendiri dapat memakluminya karena lingkungan disekitarku emang jiwa gotong royongnya masih tinggi. Jadi agak rikuh kalau punya gawe kok gak undang-undang mereka malah undang warga lain. Akhirnya di sepakati kalau setelah acara bidston akan diadakan acara semacam tirakatan dengan mengundang bapak-bapak sekitar guna memperkenalkan aku dan istriku ke warga sekitar.

Setelah selesai berdiskusi dengan mereka, akupun segera menyampaikan usulan tersebut ke ibu dan tampaknya ibu agak syok. Apalagi kalau bukan alasan uang. Uang beliau sudah menipis karena sudah habis untuk berbagai keperluan yang lain. Sempat terbesit ide akan ngutang tapi aku bilang gak usah karena nanti akan pakai uangku saja buat konsumsi.

Di sisi lain, adanya acara tak terduga ini karuan membuat planing kami untuk berbulan madu gagal. Uang yang semula akan kami pakai untuk berbulan madu akan dialokasikan untuk acara tersebut. Untunglah calonku mo mengerti hal ini.

Tapi bagaimanapun juga aku tetap ketar-ketir apakah nanti uangnya cukup atau tidak, karena setelah menikahpun kami masih memerlukan modal buat hidup. Aku cuma bisa beriman bahwa Tuhan pasti mencukupi bahkan memberi kelimpahan seperti yang sudah-sudah.


Read more!

Sunday, August 26, 2007

Bidston Pra Nikah

Awalnya pelaksanaan bidston pra nikah sendiri akan diadakan pada hari Jumat (31 Agustus 2007) atau satu hari sebelum hari H. Namun setelah dipikir-pikir acara tersebut diubah menjadi hari Rabu (5 September 2007) setelah H. Setelah dipikir-pikir lagi acara diundur lagi yaitu Kamis, 23 Agustus 2007. Walau gak ikut mikir acaranya tetap saja perubahan tersebut membuatku ikut puyeng.

Kenapa? Karena hari Kamis aku masih di Salatiga. Emang sih acaranya pukul 19.00 tapi kalau aku pulang dari Salatiga pukul 17.00 biasanya baru nyampe Solo pukul 18.30 dan langsung Sukoharjo biasanya pukul 19.00 lebih. Lho masak calon mempelai kok datangnya malah terlambat hehe. Binipun cuma kasih pendapat kalau gak bisa datang ya tidak apa-apa.

Awalnya aku mengiyakan pendapat dia, tapi setelah kupikir-pikir masak ini acara doa buat aku dan dia eh kok aku malah gak datang. Akhirnya akupun ambil jalan tengah, masuk kerja lebih awal sehingga dapat pulang lebih cepat. Dan bospun menyetujui.

Singkat cerita aku berhasil datang sebelum acara dimulai. Tapi agak malu juga karena beberapa tamu sudah datang aku baru nongol hehe. Tapi it's OK. Thanks buat Novi yang sudah boleh kupinjemi motornya. Sayang akhirnya kamu gak bisa datang padahal aku mengharapkan kamu bisa datang hehe.

Sampai di sana, kami ditempatkan di kursi paling depan, uisin rek. Yang bikin gak enak lagi, waktu itu perutku kembung, pengen ngeluarin gas tapi tak tahan, malu donk. Akibatnya gas pun cuma berkeliaran di sekitar perut. Walah mualnya minta ampun, belum lagi kalau perutku bunyi. Awalnya aku pikir cuma aku yang tahu tapi

"Wah perutku kemrucuk bunyi terus nih."
"Iya, aku denger kok"

Alamak.... ternyata, bisa jadi, mungkin orang lain juga akan ikut dengar. Wah soyo uisin..

Untungnya setelah acara resmi selesai kami bisa keluar. Ah, bebas juga akhirnya. Kamipun keluar dan nemui teman-teman kami. Thanks untuk cah-cah YLSA yang udah mo datang malem-malem dan jauh-jauh. Selain itu aku juga buang semua gas yang ada di perutku hehehhe

Setelah semua pulang, aku menyempatkan diri ngobrol dengan bini, kangen nih ceritanya, tapi berhubung mata agak mulai mengantuk maka kuputuskan untuk pulang. Apalagi besuknya aku harus ke Salatiga lagi


Read more!

Monday, August 20, 2007

Undangan Ketinggalan

Kemaren (Senin 20 Agustus 2007) aku ngajak sahabatku Novi untuk nganter undangan ke rumah teman-temanku di Salatiga. Semua persiapan udah aku lakukan termasuk menyiapkan undangan yang hendak kusebarkan. Setelah semua siap kamipun segera berangkat dan sasaran pertama ialah rumah Elia mantan teman sekantor.

Sesampai di rumah Elia, Bapaknya yang keluar menemui aku. Sementara Novi menunggu di luar rumah.

"Permisi, Pak, Elia ada?"
"Oh, Elia sedang pergi, ada perlu apa ya?"
"Oh ya sudah, kalau begitu saya mau titip undangan buat Elia"
"Baik nanti saya sampaikan," ujarnya sambil menunggu undangan kuberikan.

Dengan yakin aku segera membuka tas dan mencari undangan untuk Elia. Tapi apa yang terjadi... Alamak... undangannya ketinggalan. Perasaan tadi sudah aku masukkan tapi ternyata belum. Dan bukan undangannya Elia saja yang lupa tetapi juga undangan yang lain. Aku segera berbisik ke Novi yang kebetulan datang mendekat. Ia pun cuma cenggegesan aja, seperti biasa.

Akhirnya dengan sisa kekuatan aku beranikan mengatakan hal yang sebenarnya kepada Bapaknya Elia yang sudah menunggu, "Maaf Pak, undangannya ketinggalan, saya ambil dulu"

Begitu ia bilang ya, tanpa berlama-lama kami segera pulang dan mengambil undangan yang ternyata belum kumasukkan ke dalam tas. Dan kembali lagi ke rumah Elia. Ternyata di sana Bapaknya masih menunggu. Langsung saja kuserahkan undangan tersebut dan kabur ke tujuan berikutnya hehe


Read more!

Tuesday, August 14, 2007

Banyak Perbedaan

Dulu saya pernah ngobrol dengan teman saya soal teman hidup. Dalam obrolan tersebut saya celetuk, "Kalau saya sih, akan saya lihat dulu saya dengan cewek tersebut cocok tidak, kalau cocok ya jalan kalau tidak ya ngapain dipaksakan."

Teman saya langsung protes, "Wah soal teman hidup gak bisa cocok-cocokkan gitu donk, sampai mati kamu akan sulit mendapatkan calon yang cocok dengan dirimu. Justru pasangan yang seimbang itu saling melengkapi.

OK lah sekarang kamu sama dia cocok, kalau nanti ternyata banyak ketidakcocokan apa mau pisah begitu aja..."

Sori percakapan tersebut saya cut soalnya dia terlalu banyak cakap hehe.

Yang jelas dalam soal jodoh sebaiknya tidak mengharapkan cocok dulu tetapi bisa saling menerima apa tidak. Itulah inti dari cinta.

Begitu juga yang saya alami dengan pasangan saya yang sebentar lagi akan jadi Nyonya Hardono. Banyak perbedaan dan juga persamaan diantara kami. Misalnya sama-sama suka marah, sama-sama melow kalau pas ada masalah, terus sama-sama apa lagi ya....

Tapi itu semua bukan halangan buat kami untuk saling mencintai. Awalnya memang berat soalnya dia termasuk cewek yang gak pede. Padahal saya paling gak seneng dengan cewek yang tidak pede. Tapi karena cinta itulah saya bisa menerima sifatnya yang seperti itu dan belajar untuk membuat dia tetap pede. Karena cintalah dia bisa menerima saya walau saya sering marah hehe.

Kembali lagi inti cinta ialah penerimaan.

Kalau Anda tidak setuju itu hak Anda hehe


Read more!

Pengennya Wali Bapak dari Saudara

Sewaktu berkunjung ke rumah saudaraku, aku menceritakan kejadian yang kualami menjelang pernikahan. Termasuk masalah pembatalan Wali Bapak yang kemudian langsung memperoleh penggantinya.

Saudaraku langsung komentar, kenapa tidak kakakku saja, mumpung dia masih di Yogya.

Wah benar juga. Mengapa tidak dia saja. Masalahnya ibu sudah memutuskan orang lain tanpa berkonsultasi dengan aku dulu. Aku bisa memahami hal ini, ibuku waktu itu sedang kalut. Lagi pula calon Wali Bapak nanti juga tetanggaku sendiri yang sudah aku kenal baik.

Dulu aku memang tidak menunjuk saudaraku karena ia bekerja di kapal pesiar dan tidak tahu kapan dia pulang. Sebenarnya ada saudaraku lainnya yang bekerja di Jakarta dan aku percaya dia pasti mau. Tapi entah kenapa dulu tidak terpikirkan hal tersebut.

Aku coba diskusikan ini dengan calonku. Dia berpendapat kalau aku membatalkan yang sekarang maka kelihatannya aku seperti balas dendam, karena aku telah diperlakukan begitu oleh Wali Bapak yang dulu. Cuma balas dendamnya salah alamat hehe.

Jujur saja aku kepengin yang jadi Wali Bapak, saudaraku sendiri. Tapi it's OK dengan kondisi sekarang. Aku belajar untuk terus bersyukur akan kehendakNya.


Read more!

Kisah Wali Bapak

Karena Ayahku sudah tidak ada maka tentu saja aku harus nyari orang yang nantinya bisa jadi wali buat menggantikan Bapak di pernikahanku. Sebaiknya sih saudara, tapi entah karena sedang blank atau ada apa aku justru mengabaikan opsi ini. Aku berpikir saudaraku sedang pergi berlayar jadi sulit diharapkan untuk menjadi wali Bapak.

Akhirnya setelah konsultasi dengan ibu, kami memutuskan untuk meminta kesediaan suami salah satu majelis di Gerejaku dan juga teman baik ibuku untuk menjadi bapak. Gayungpun bersambut, yang laki-laki setuju demikian juga yang wanita. Perlu di ketahui persetujuan ini diambil sekitar empat bulanan sebelum hari H.

Sebulan sebelum pernikahan kami (aku dan ibu) berkunjung ke rumah mereka untuk membicarakan secara detail bagaimana pelaksanaan pernikahan nanti. Pakai baju apaterus ke sananya gimana dan lain-lain.

Selain itu, kami juga membicarakan masalah biston pernikahan di rumahku. Mereka berkenan untuk membantu jalannya acara. Bahkan yang pria mengatakan kalau diperlukan saya mau kerja bakti nyiapin tempat sebelum acara di rumahku. Perlu diketahui biston ini diadakan sebagai ganti Ngunduh Manten

Pembicaraan ini kami lakukan hari Sabtu awal Agustus. Namun, Seninnya atau 3 hari kemudian, 4 minggu menjelang hari H semuanya berubah. Mereka membatalkan kesanggupannya menjadi Wali Bapak. Yang berbicara saat itu ialah istrinya dengan ibuku, sedangkan suaminya tidak nampak. Karuan aja ibu langsung lemas dan tidak tahu harus berbuat apa. Bayangin aja, harapan sudah mengantung setinggi langit eh tiba-tiba dijatuhin begitu aja. Memang sih dia tidak bilang membatalkan secara langsung tapi dari gelagat pembicaraan sudah jelas kalau dia tidak suka suaminya jadi Wali Bapakku.

Dia: Terus nanti yang jadi Wali Bapak siapa?
Ibu: Lho dulu, kan kami sudah meminta kesedian Anda dan suami dan Anda berdua setuju akan jadi wali Bapak untuk anak saya
Dia: Wah tidak bisa kayak gitu, yang jadi Wali Bapak seharusnya saudara sendiri bukan orang lain
Ibu: Saya ini tidak punya banyak saudara makanya saya dulu meminta kesediaan Anda.
Dia: Ya udah, tetangga aja, masak gak punya tetangga?!
Ibu: Saya inginnya yang jadi Bapak satu iman..
Dia: Gak perlu satu iman beda juga gak papa!
Ibu: Oh begitu ya... tapi saya tetap pengin yang seima
Dia: Ya udah orang lain kan masih ada!

Untunglah dalam kekalutan tersebut ibu tidak menangis. Dan dalam kekalutan tersebut ibu bertemu teman lamanya. Langsung aja tanpa babibu suaminya diminta kesediaan jadi wali Bapak buat aku. Dan ternyata dia mau dan berjanji tidak akan ingkar.

Wah... ibuku senang sekali dengan hal ini. Tuhan tidak akan membiarkan umatNya jatuh tergeletak. Akupun ikut senang dengan hal ini.


Read more!

Monday, August 6, 2007

Wah apes nian Undanganku

Dengan semangat 45 kemarin Minggu (5 Agustus 2007) aku menuju ke rumah temanku untuk mengambil undangan pernikahan pesenanku. Aku sangat berharap undangan tersebut telah jadi dengan baik sehingga langkah selanjutnya tinggal menyebarkannya saja.

Tapi apa lacur, ternyata hasilnya jauh dari yang kubayangkan. Bayangin aja namanya undangan pernikahan kok hasilnya buram. OK lah kalau cuma buram, aku bisa dikit terima. Tetapi yang paling fatal fotoku dan calonku juga ikut buram sehingga tidak kelihatan. Kesannya kayak hasil fotokopian bukan hasil cetak. Potongannya juga tidak pas, apalagi lipatannya yang lebih banyak melenceng. Aduhhhhh....

Jujur aja aku sangat down dengan hasil tersebut, mana uang yang dikeluarkan juga sudah banyak. Sekitar setengah juta man. Jumlah yang gak sedikit, lagipula nyarinya juga susah. Aku jadi menghambur-hamburkan uang untuk hal yang tidak berguna. Banyak yang dikeluarkan tapi malah gak ada hasil yang memuaskan.

Ah..... Pengen rasanya marah dan menarik kembali uangku. Tapi masalahnya yang membuatkan ialah temanku, ada rasa sungkan untuk melakukannya. Ia sendiri menawarkan cetak ulang lagi dengan biaya separo dari aku dan separo dari dia. Wah jujur aku gak berani, soalnya uang yang kupunya, selain sudah kuanggarkan untuk pos-pos tertentu juga kusisakan untuk setelah pernikahan nanti.

Selain itu aku masih trauma dengan hasil cetaknya. OK lah katakan cetak pertama sukses, bagus. Tapi apa ada jaminan cetak selanjutnya akan jadi baik. Bisa jadi aku masih trauma dengan hal ini.

Sekarang ada dua pilihan:
1. Menyebarkan undangan jelek yang udah dicetak dan tentu saja pasang muka tembok sambil koar-koar nyalahin yang nyetak.
2. Nyetak baru, nyari yang lebih murah tapi kualitasnya baik dan bisa cepat selesai.

Padahal nikahku tanggal 1 September 2007, eh undangannya bermasalah. Untunglah calonku terus kasih aku semangat. Aku tahu dia pun kecewa berat tapi dia tetap bisa kasih aku semangat. Aplaus untuk dirinya.

Tetap berdoa memohon pertolongan Tuhan dan terus berusaha. Aku yakin Tuhan pasti buka jalan. Kalau sampai seolah-olah tidak ada jalan, aku tetap percaya pada-Nya

Read more!

Sunday, August 5, 2007

Jumpa Pertama

Jumpa pertama saya dengannya tidak seperti kisah cinta pada pandangan pertama. Jumpa pertama itu hanya biasa saja. Pertama kali bertemu karena dia diterima di tempat saya bekerja. Hanya jabat tangan dan sebut nama begitu saja. Karena divisi kami juga berbeda yang membuat kami jarang berkomunikasi. Tapi karena jumlah staf yang sedikit dan suasana kekeluargaan yang kental di kantor kami, akhirnya kami pun bisa berteman.

Karena hanya berteman, tidak pernah terlintas sedikit pun jika akhirnya Tuhan membawa saya pada satu perjalanan, yaitu membangun keluarga bersamanya. Jujur, dia bukan lelaki yang menjadi impianku kala itu. Suka banyak omong menjadi satu ketidaksukaan saya kepada makhluk laki-laki dan itu ada pada dirinya. Laki-laki yang ceriwis hanya baik dijadikan teman atau sahabat, untuk menjadi lebih dari itu, tidak ingin ada di kamus saya. Saat itu pun saya tahu bahwa ada cewek lain yang menjadi pujaan hatinya di kantor.

Lalu bagaimana ceritanya jumpa pertama yang biasa dan ketidaksukaan itu menjadi cinta?

Makanya besok-besok dateng ke sini lagi dan simak terus ... tar pasti tau deh ... hehehe ....

01/08/07 -- 11.01

Read more!