Tuesday, July 24, 2007

Cara mengajukan Katekisasi Pra Nikah

Mengikuti pernikahan di lingkungan gereja terutama GKJ (Gereja Kristen Jawa) memang bukan perkara yang mudah. Ada beberapa hal yang harus disiapkan dan diikuti sebelum masuk ke hari H. Salah satunya ialah mengikuti katekisasi pra nikah. Katekisasi pra nikah sendiri diadakan untuk mempersiapkan pasangan sebelum masuk pernikahan. Katekisasi ini dipimpin oleh seorang pengajar (biasanya pendeta) dan ikuti oleh pasangan yang akan menikah. Biasanya model pengajarannya privat alias sekali pertemuan hanya terdiri dari satu pendeta dan pasangan. Tapi ada juga yang berbentuk umum.

Di GKJ Sukoharjo, katekisasi pra nikah di adakan 8 kali pertemuan. Mungkin di gereja lainnya juga sama. Oleh karena itu sebaiknya minimal 3 bulan sebelum hari H sudah mengikuti katekisasi pra nikah; lebih dari 3 bulan tentu saja lebih baik. Perkirakan juga bahwa setiap minggu belum tentu ada pertemuan; bisa jadi pengajarnya berhalangan sehingga waktu pertemuan diundur minggu berikutnya.

Untuk mengikuti katekisasi pra nikah cara antar gereja memang berbeda-beda. Ada yang langsung datang, langsung bilang, langsung ikut. Tapi ada juga yang perlu surat ini itu untuk dapat mengikuti katekisasi ini. Kalau cowok dan ceweknya beda gereja dan ingin menjalankan katekisasi di gereja cewek biasanya perlu surat pelimpahan pemberkatan nikah dari gereja cowok ke gereja cewek. Sebagai contoh aku yang dari GKJ Manahan Solo menjalankan katekisasi pra nikah di gereja yayangku, di GKJ Sukoharjo.

Persiapa Katekisasi

Berikut langkah-langkah yang dahulu kutempuh:

1. Mencari formulir surat pelimpahan pemberkatan nikah di kantor gereja cowok
2. Mengisi formulir tersebut dengan data cowok, cewek, dan informasi pemberkatan nikah, perlu tanda tangan cowok dan cewek.
3. Setelah diisi formulir tersebut di kembalikan ke kantor gereja dan akan di sidangkan di sidang majelis. Pandai-pandailah mengatur waktu sebab gereja punya waktu tertentu dalam bersidang; tidak bisa tiap hari.
4. Setelah disetujui di sidang majelis maka cowok akan di datangi oleh majelis untuk diadakan pastoral pernikahan; tanya jawab mengenai persiapan pernikahan. Tenang aja, pertanyaannya gak sulit kok. Kalau memang benar-benar manteb menikah dengan si dia pasti bisa jawab. Contoh pertanyaannya, siap gak nikah dengan dia, apa motivasi nikah, apa yang ingin dilakukan setelah nikah, dll
5. Setelah selesai gereja akan mengeluarkan surat pelimbahan pemberkatan nikah yang ditujukan ke gereja cewek dan tembusannya ke pihak cowok. Kamu bisa minta gereja mengirimkannya ke gereja cewek. Kalau sungkan, ya kirimkan sendiri saja, itung-itung sekalian mengenal situasi kantor gereja cewekmu hehe.

Selesai... belum masih ada lagi

6. Setelah pihak kantor gereja cewek menerima surat tersebut maka mereka akan memasukkannya dalam sidang majelis.
7. Jika disetujui maka gereja akan menunjuk pendeta untuk memimpin katekisasi

Selesai... ehm kayaknya belum

8. Bila di gerejamu jadwal katekisasi pra nikahnya sudah ada, ya bisa langsung ikut aja. Tapi kalau tidak maka sebaiknya kamu berdua berkunjung terlebih dahulu ke pendeta yang bersangkutan untuk mendiskusikan kapan waktu katekisasi. Jangan lupa menanyakan buku yang perlu di bawa apa saja.

Selesai... ya tinggal ikut katekisasinya kan

Saat Katekisasi

Acara katekisasinya sendiri mirip dengan acara PA, kalau di tempatku dulu santai dan tidak perlu bawa catatan atau baca buku segala. Tapi di gereja lainnya pasti beda. Yang jelas kalau mau lengkap saat katekisasi bawa

- Alkitab
- Kidung Jemaat atau Kidung Pujian
- Buku yang disarankan
- Peralatan untuk mencatat

Usahakan meminta topik diskusi minggu berikutnya dan siapkan juga daftar yang ingin ditanyakan dari rumah. Kalau memang ada yang ingin ditanyakan.

Yang paling penting ikut katekisasi pra nikah jangan cuma datang, duduk, dengar, lalu pulang. Sia-sia donk. Usahakan terjadi interaksi yang sehat antara kalian dengan pihak pengajar. Manfaatkan kesempatan ini untuk membekali kehidupan keluarga kalian nantinya.


Read more!

Katekisasi Pra Nikah

Sudah menjadi tradisi bila ingin menikah di linkungan Gereja Kristen Jawa (GKJ) -- dan beberapa sinode gereja lainnya -- tentu harus mengikuti katekisasi pra nikah terlebih dahulu. Adanya katekisasi pra nikah ini ditujukan untuk memperlengkapi calon mempelai dengan berbagai pengetahuan mengenai persiapan pernikahan dan kehidupan berumah tangga. Dengan demikian setelah mengikuti katekisasi pra nikah, kedua pasangan tersebut diharapkan telah memiliki pondasi yang kokoh dalam berkeluarga, tidak hanya berdasarkan alasan suka sama suka saja. Suatu tujuan yang mulia.

Namun, beberapa orang beranggapan keberadaan katekisasi pra nikah adalah hal yang tidak berguna dan membuang-buang waktu saja. Daripada harus menghadiri pertemuan rutin sebaiknya calon mempelai diberi buku terus suruh belajar sendiri. Jika ada materi yang tidak dimengerti baru diadakan pertemuan antara pasangan tersebut dengan pihak pengajar, biasanya pendeta. Praktis bukan?

Kelihatannya memang praktis, tetapi bagi saya pengalaman seseorang adalah guru yang paling baik. Bukannya saya anti membaca buku tetapi belum tentu pengarang sebuah buku mengalami sendiri apa yang ia tulis. Kebanyakan buku hanya berisi pengajaran umum tanpa mau mempedulikan bagaimana perasaan dan latar belakang pembacanya. Ironisnya pembaca sudah merasa paham mengenai isi buku tersebut lalu berusaha menerapkannya. Padahal untuk kasus tertentu wejangan di buku tersebut sulit untuk diterapkan.

Disinilah sebenarnya arti pentingnya sebuah katekisasi pra nikah. Terjadi interaksi antara pengajar dengan peserta. Pengajar memberikan pelajaran tentang pernikahan yang tidak jarang disertai dengan berbagai contoh yang ia alami. Sedangkan peserta dapat langsung bertanya bila ia tidak mengerti. Tentu saja semua ini dapat terjadi bila ada interaksi yang cukup baik dan keterbukaan di antarnya. Ada kalanya jawaban pengajar di luar dugaan kita, tetapi memang itulah solusi yang paling baik.

Tidak ada alasan yang cukup kuat untuk menganggap bahwa katekisasi pra nikah adalah sesuatu yang kurang penting bahkan tidak berguna. Saya sendiri bersyukur karena dengan mengikuti katekisasi tersebut ada begitu banyak pelajaran pernikahan yang saya dapatkan. Kebanyakan memang pelajaran sederhana tetapi justru merupakan fondasi yang cukup kuat bagi keluarga saya nantinya. Pelajaran sederhana yang jarang saya dapatkan dari buku-buku tentang pernikahan di manapun juga.


Read more!

Thursday, July 19, 2007

Akhirnya

Akhirnya kesampaian juga memiliki blog atas nama diriku dan yayang. Di blog inilah nantinya akan diposting berbagai kegiatan seputar diri kami, kisah cinta kami. Ciyee Juga berbagai tulisan berupa karya sastra maupun opini dari kami.

Jujur aja selain tentang perjalanan cinta kami masih bingung mo kasih topik apa lagi. Tapi yang jelas tidak jauh-jauh dari cinta, cinta, cinta hehehe

Harapannya, selain bisa menjadi bacaan di kala sengang keberadaan blog ini diharapkan juga dapat menjadi air sejuk ketika kami sedang panas-panasnya.

OK ditunggu aja tulisan berikutnya.

Read more!